Beranda
Profil
Berita
Kampus
Pop culture
Politik
Opini
Product
Event
Galeri
Kontak
Film dan Anak Kampus: Dari Hiburan Jadi Identitas
Buat anak kampus, film bukan cuma tontonan tapi juga cultural capital. Obrolan soal film bisa jadi jembatan pertemanan, bahkan kode identitas sosial. “Eh, lu nonton film itu kaga?” sering kali lebih ampuh membuka percakapan dibandingkan basa-basi klasik soal tugas kuliah.
Ada pola menarik film Hollywood blockbuster tetap jadi konsumsi massal, tapi di sisi lain film indie dan festival juga punya penggemar setia di kalangan mahasiswa. Nonton Avengers bareng-bareng bisa jadi ritual kolektif, sementara diskusi panjang tentang Parasite atau Everything Everywhere All At Once bisa bikin satu malam terasa intelektual.
Pop culture film di kampus juga erat dengan streaming culture. Netflix, Disney+, sampai platform illegal juga dipakai jadi bioskop pribadi mahasiswa. Di sela-sela ngerjain tugas, mahasiswa bisa maraton series Korea, dokumenter sejarah, sampai sitcom lawas. Ini melahirkan kamus referensi baru, kutipan film jadi status, potongan adegan jadi meme, dan soundtrack jadi playlist andalan waktu begadang.
Tak jarang, film juga jadi medium self-branding. Ada mahasiswa yang selalu update film terbaru sebagai bentuk eksistensi, ada juga yang sengaja mengutip film arthouse biar terlihat artsy dan beda. Semua ini sah-sah saja, karena film memang bekerja bukan hanya sebagai hiburan, tapi juga simbol.
Pada akhirnya, pop culture film di dunia kampus menunjukkan betapa fleksibelnya mahasiswa bisa serius mendalami makna filosofis dari Fight Club, tapi di saat yang sama ngakak bareng nonton film komedi receh. Itulah keindahan budaya kampus tempat di mana film tidak hanya ditonton, tapi juga dipakai untuk membangun koneksi, identitas, dan tentu saja kenangan.
Author
Admin
Instagram
Youtube
Map-marked-alt
Icon-whatsapp-1